THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

1.29.2011

praktikum Jaringan Epitelium

PRAKTIKUM I
JARINGAN EPITELIUM
Judul praktikum : Mengamati struktur jaringan epitelium
Hari / tanggal : Selasa, 4 Januari 2010
Tujuan praktikum : Mengetahui struktur yang terdapat pada epitelium dan peran fungsinya.
I. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Gelas benda
c. Gelas Penutup
d. Tusuk gigi
e. Pinset Sel hewan / manusia
f. Metilen Blue

II. Cara kerja
a. Sediakan gelas benda yang bersih. Letakkan diatas meja kemudian tetesi dengan setetes metilen biru.
b. Bukalah mulut dengan menggunakan tusuk gigi. Koreklah secara hati hati epitel pipi sebelah dalam.
c. Masukkan epitel pipi ke atas kaca objek lalu tetesi dengan metilen blue , tutup dengan gelas penutup.
d. Amati secara seksama preparat jaringan epitel yang telah di tetesi metilen blue dengan perbesaran yang berbeda mulai dari perbesaran terkecil hingga terbesar.
e. Gambarlah hasil pengamatan anda sesuai dengan perbesaran yang ada dan berikan keterangan bagian-bagian yang ada sesuai struktur jaringan tulang pada referensi yang anda miliki, misalnya Tentukan membrane sel, sitoplasma, inti sel.



III. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang didapatkan dari kegiatan praktikum yang dilakukan antara lain sebagai berikut
A. Pengamatan jaringan epitel (epitel kolumnar)










IV. Pembahasan
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh dan membatasi rongga tubuh. Jaringan ini hampir ditemukan diseluruh permukaan tubuh.Jaringan epitel yang melapisi lapisan luar tubuh disebut epithelium, jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh disebut mesotelium dan jaringan epitel yang membatasi organ disebut endothelium. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang memadat dan saling terikat erat. Pada permukaan apical (bagian atas) beberapa jenis epitel terdapat mikrovili (tonjolan dari permukaan sel yang bentuknya seperti jari) atau silia. Permukaan basal (bagian bawah) jaringan epitel berikatan dengan jaringan ikat. Jaringan epitel dan jaringan ikat yang berada dibawahnya dihubungkan oleh membrane dasar basalis dan lamina retikularis.
Jaringan ini terdiri dari kumpulan atau deretan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran/ lapisan yang substansi interselulernya sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit. Deretan sel ini melapisi permukaan jaringan atau alat, baik dari luar maupun dalam organ.
Istilah Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting (nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.
Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat.

Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel. Membrana basalis tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.), Membrana basalis bersifat permeabel, sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon epithelium.
Jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya. Selain itu, jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.

A. Asal-Usul Epitel
Sebagian besar epitel tumbuh dari lapisan ektoderm dan entoderm, walaupun ada sejumlah epitel yang berasal dari mesoderm. Dari lapisan ektoderm misalnya epitel kulit dan derivatnya seperti rambut, bulu, cakar, kuku, tanduk, jengger, gelambir, invaginasi kulit. Dari lapisan endoderm : melapisi bagian dalam tubuh, misalnya epitel dinding duodenum. Pada umumnya mesoderm yang terdapat di antara ektoderm dan entoderm embrio akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Sedangkan epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada 2 yaitu : endotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe. Mesotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritonium, pleura dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk, menjadi jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya :
melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya. Selain itu, jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.
Ciri-ciri jaringan epithelium yaitu :
1. Sel-sel penyusunnya saling berikatan erat sehingga membentuk selapis sel dan biasanya ruang antar selnya susah dilihat.
2. Bentuk dan inti bervariasi
3. Mempunyai lamina basalis
4. Mempunyai permukaan sel yang disesuaikan dengan fungsinya.

B. Macam – Macam Jaringan Epitelium
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Epitel pipih, berbentuk seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat yang terletak di tengah.
2. Epitel batang (silindris), berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat yang terletak di dasar sel.
3. Epitel kubus, berbentuk seperti kubus, nukleusnya bulat, besar yang terletak di tengah.
Berdasarkan lapisan penyusunnya, jaringan epitel dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Epitel Pipih Selapis
Jaringan epitel pipih selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk pipih. Sel-sel pada jaringan epitel pipih selapis tersusun sangat rapat. Lokasi :Epitel pipih selapis terdapat pada jaringan epitelium pembuluh limfe (getah bening), pembuluh darah kapiler, selaput pembungkus jantung, paru- paru, ginjal, dan selaput perut. Jaringan ini berfungsi dalam proses difusi, osmosis, filtrasi, dan sekresi.

2. Epitel Pipih Berlapis Banyak
Jaringan epitel pipih berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu sel yang berbentuk pipih. Sel-sel pada jaringan epitel pipih berlapis banyak tersusun sangat rapat. Lokasi : Jaringan epitel pipih berlapis banyak terdapat pada jaringan epitelium rongga mulut, rongga hidung, esofagus, telapak kaki, dan vagina. Fungsi jaringan ini adalah sebagai pelindung.

Gbr. 1. Epitel kubus selapis
2. Epitel pipih selapis
3. Jaringan ikat
(diambil dari lapisan allantois dan amnion embrio babi).


3. Epitel Silindris Selapis
Jaringan epitel silindris selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk silindris. Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium kelenjar pencernaan, jonjot usus, kantung empedu, lambung (ventrikulus), dan usus (intestinum). Jaringan epithelium ini berfungsi untuk penyerapan nutrisi di usus dan sekresi.

4. Epitel Silindris Berlapis Banyak
Jaringan epitel silindris berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapis sel berbentuk silindria.Lokasi : Jaringan ini terdapat pada jaringan epitelium laring, faring, trakea, dan kelenjar ludah. Jaringan epitel silindris berlapis banyak berfungsi dalam sekresi dan sebagai pelindung.





Gbr. Epitel silindris banyak lapis bersilia .
(tampak silia di tengah-tengah,
diambil dari eaofagus janin).




5. Epitel Kubus Selapis
Jaringan epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk kubus. Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium permukaan ovarium, lensa mata, nefron ginjal, dan kelenjar tiroid. Jaringan epitel kubus selapis berfungsi dalam sekresi dan sebagai pelindung.

6. Epitel Kubus Berlapis Banyak
Jaringan epitel kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapis
sel yang berbentuk kubus. Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium folikel ovarium, permukaan ovarium, testis, saluran kelenjar minyak, dan kelenjar keringat pada kulit.Jaringan epitel kubus berlapis banyak berfungsi dalam sekresi dan absorpsi, serta melindungi dari gesekan dan pengelupasan.

7. Epitel Transisi
Jaringan epitel transisi disusun oleh berlapis-lapis sel. Jaringan ini tidak dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya karena bentuk jaringan epitel transisi dapat berubah dan permukaan lapisannya dapat menggembung. Jaringan epitel transisi terdapat pada epitelium ureter, uretra, saluran pernapasan, dan kantung kemih.
8. Epitel Kelenjar
Jaringan epitel kelenjar merupakan jaringan epitel khusus yang berperan dalam sekresi senyawa untuk membantu proses fisiologis. Senyawa yang disekresikan disimpan di dalam sel dalam bentuk granula sekresi.

DAFTAR PUSTAKA
• Amenta, peter S, 1990. Histologi dan Embriologi. Bandung: ITB
• Barnes, et.al.,1999. Zoologi Umum Jilid I. Jakarta: Erlangga
• Radiopoetro, 1988. Zoologi. Jakarta: Erlangga

1.21.2011

praktikum genetika

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain:
Alat: botol selai bekas, pengaduk, spons penutup botol, blender, pipa plastik, spidol transparan, kain kasa, kertas pupasi, pisau, kantong plastik, kompor, mikroskop stereo, panci, kaca benda.
Bahan, terdiri atas: pisang, yeast, tape singkong, eter, gula merah, D. Melanogaster, strain normal (N), white (w), dan strain sepia (Se).

E. Prosedur Kerja
Ada tiga langkah yang dilakukan dalam prosedur kerja, yaitu:
Pembuatan Medium
• Menimbang bahan medium, yaitu pisang, tape singkong, dan gula merah dengan perbandingan 7 : 2 : 1.
• Memotong-motong pisang dan diblender sampai halus.
• Tape singkong dan gula merah juga diblender sampai halus.
• Kemudian memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam panci, dan memasaknya sambil diaduk-aduk sampai betul-betul matang selama +120 menit.
• Setelah medium matang, kemudian dimasukkan ke dalam botol selai yang sudah dicuci bersih dan segera menutupnya dengan spons.
• Setelah dingin, medium ditaburi sedikit yeast dan diberi kertas pupasi (gulungan kertas)
• Botol diberi label dengan spidol transparan yang berisi tanggal, strain, umur, dan nama kelompok.



Persiapan Induk Persilangan
Menyiapkan 3 botol yang telah berisi medium dan memasukkan D. melanogaster strain normal (N), white (w), dan strain sepia (Se), stok Laboratorium Genetika jurusan Biologi Universitas Negeri Malang.
• Mengadakan pengamatan fenotip terhadap masing-masing strain yang sudah dibius dengan mikroskop stereo.
• Setelah muncul pupa yang menghitam, induk dipindah ke botol lain untuk diremajakan.
• Melakukan pengampulan dengan cara memindahkan pupa yang sudah berwarna hitam ke dalam selang plastik yang ditutup dengan spons di kedua ujungnya dan diberi pisang seiris kecil. Masing-masing selang hanya berisi satu pupa.

Persiapan persilangan
• Pupa yang sudah menetas diamati jenis kelaminnya, ♂ atau ♀. Untuk tetasan D. melanogaster dengan jenis kelamin ♂, dipindahkan ke dalam botol berisi medium. Satu botol untuk satu ekor D. melanogaster jenis kelamin ♂ berumur 2-3 hari dari masing-masing strain kemudian disilangkan dengan ♀ umur 2-3 hari pula.
• Semua strain disilangkan dengan cara homogami artinya disilangkan dengan sesamanya, dilakukan 3 kali ulangan.
• Setelah persilangan berlangsung selama 2 hari, D. melanogaster ♂ kemudian dilepas.
• D. melanogaster ♀ dibiarkan tetap di dalam botol sampai ada pupa yang menghitam, setelah itu D. melanogaster ♀ dipindah ke botol yang lain.
• Jika ada pupa yang menetas, maka hari itu dihitung sebagai hari pertama. Tetasan dihitung setiap hari selama tujuh hari.
• Penghitungan dilakukan dengan memperhatikan strain dan jenis kelamin.

F. Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menghitung jumlah keturunan yang dihasilkan baik jantan maupun betina sejak hari pertama menetas hingga hari ketujuh dan mencatatnya dalam data.

12.31.2010

TEORI JIGSAW DAN STAD

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif,
2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.


Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperoleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.



Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Variasi Model STAD
Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
• Penyajian kelas.
• Belajar kelompok.
• Kuis.
• Skor Perkembangan.
• Penghargaan kelompok.
Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD).
1.) Pengajaran → Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran yaitu :
a) Pembukaan
• Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
• Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
• Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b) Pengembangan
• Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
• Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
• Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
• Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
• Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
c) Latihan Terbimbing
• Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
• Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
• Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
2.) Belajar Kelompok → Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
• Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
• Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
• Bagikan lembar kegiatan siswa.
• Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
• Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
• Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3.) Kuis → Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4.) Penghargaan Kelompok → Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

MOTIVASI

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sutikno.S, 2008).
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasnya dalam melaksanakan suatu kegiatan, berupa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik (Sudrajat, 2007). Motivasi boleh juga dikatakan sebagai rancangan untuk kejayaan seseorang ataupun rangsangan hendak mengelakkan diri daripada kegagalan (Anonim, 2007).
Dalam pendidikan khususnya dalam konteks interaksi belajar mengajar motivasi merupakan suatu proses; membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, yaitu tujuan belajar. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru. (J.Songok, 2007).
Motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena fungsi yang mendorong, mneggerakan dan mengarahkan kegiatan belajar (Oemar Malik, 2008).

B. Teori-Teori Motivasi
Untuk memahami lebih jauh tentang motivasi, maka kita dihadapkan pada beberapa teori tentang motivasi yakni;
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Menurut teori ini manusia mempunyai lima hierarki kebutuhan, yaitu (Sudrajad, 2007):
a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
e. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya kemampuan nyata.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) adalah
a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
b. Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya.
c. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan-kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berprestasi rendah




3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” (Existence, Relatedness Growth). Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,

4. Teori Harapan
Edwards (1954) dan Atkinson (1964) mengembangkan teori motivasi berdasarkan rumus :
M = Ps x Is
Keterangan:
M= Motivasi
Ps= peluang untuk berhasil yang dipersepsi
Is= Nilai insentif keberhasilan
Berdasarkan rumus ini maka motivasi tergantung pada peluang berhasil yang dipersepsi (estimasi peluang berhasil) dan nilai insentif keberhasilan (nilai penghargaan yang akan diterima atas keberhasilan). Dalam kondisi tertentu estimasi peluang berhasil seseorang dinilai rendah, justru dapat menjadi pemicu motivasinya untuk berhasil, sebaliknya estimasi peluang berhasil yang terlampau tinggi merusak motivasi.

5. Teori Disonan Kognitif
Teori disonan kognitif (cognitive dissonance theory) merupakan suatu teori psikologi yang menjelaskan tentang perilaku, penjelasan dan alasan yang digunakan untuk mempertahankan gambaran diri positif. Merupakan kecenderungan tiap orang untuk mempertahankan gambaran diri positif. Menurut Slavin (dalam Ratumanan 2004) banyak perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan standar pribadi kita sendiri. Misalnya,bila kita yakin bahwa kita orang baik dan jujur, kita cenderung berbuat baik dan jujur, walaupun tidak diperhatikan orang lain. Hal ni terjadi karena kita ingin mempertahankan gambaran diri positif. Tetapi kadang-kadang kita juga dihadapkan pada situasi dimana perilaku bertentangan dengan gambaran positif. Misalnya siswa yang ketahuan menyontek dapat membenarkan perilakunya dengan mengatakan bahwa teman yang lain juga nyontek, sehingga dia tidak merasa bersalah bila juga nyontek.
Menurut teori ini, orang akan mengalami ketegangan atau ketidaknyamanan bila perilaku tidak cocok dengan nilai (keyakinan) yang dipegang secara kuat , atau karena perilaku yang tidak konsisten secara psikologis. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, mereka dapat mengubah perilaku atau keyakinan mereka, atau mereka mengembankan pembenaran atau alasaan yang mengatasi ketidak-konsistenan tersebut.

6. Teori Insentif
Ahli behaviourris misalnya Skinner dengan teoti ”operant Conditioning” menempatkan motivasi untuk mendapat penguatan (reinforcement) dan menghindari hukuman. Pada teori ini konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan, atau yang memperoleh hukuman.
Menurut teori Insentif ini, adanya suatu karakteristik tertentu pada tujuan dapat menyebabkan terjadinya perilaku ke arah tujuan tersebut. Tujuan yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut disebut insentif, Setiap orang mengharapkan kesenangan dengan mencapai insentif yang bernilai positif,dan sebaliknya menghindari insentif yang bersikap negatif.
Adanya suatu siklus antara motivasi, perilaku dan tujuan (insentif) dapat digambarkan sebagai berikut.
Perilaku
Motivasi
Tujuan (insentif)
Gambar 1. Hubungan Motivasi, Perilaku dan Tujuan
Sesuai dengan fungsinya insentif dibedakan atas:
a. Insentif positif. Insentif ini dapat meningkatkan motif siswa. Misalnya pemberian hadiah, beasiswa untuk siswa berprestasi.
b. Insentif negatif. Jenis ini menghambat motif siswa.Misalnya pengurangan nilai pada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan belajar di kelas.



7. Teori Dorongan (Drive Theory)
Dikemukakan oleh Woodworth, menurut teori ini perilaku seseorang didorong ke arah tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan adanya dorongan internal yang membuat seseorang berupaya melakukan sesuatu (perilaku/respon) yang mengarah pada tercapainya tujuan tersebut. Pencapaian tujuan tadi selanjutnya akan menyebabkan intensitas dorongan menjadi berkurang. Kondisi ini dinyatakan dalam gambar hubungan kegutuhan dengan motivasi pada gambar 2.
Dorongan Perilaku
(Drive) (Respon)

Pengurangan kebutuhan

Gambar 2. Hubungan Kebutuhan dengan Motivasi menurut Teori Dorongan(drive)

Sebagai contoh seseorang yang lapar, membutuhkan makanan. Orang ini akan terdorong untuk berupaya memperolah makanan. Jika tujuannya tercapai (memperoleh makanan dan memakannya), maka intensitas dorongan untuk berupaya memperoleh makanan akan menurun. Demikian juga kebutuhannya akan makanan ’saat itu” akan berkurang. Dorongan merupakan hal esensial bagi munculnya tingkah laku. Terdapat tiga karakteristik dari dorongan,yakni:
a. Intensitas
Intensitas dari dorongan menunjuk pada fakta bahwa dorongan itu mengaktifkan. Pengaktifan tingkah laku oleh dorogan bervariasi dari tahap rendah (saat mimpi) ke tingkat taraf tinggi (saat marah atau takut).
b. Arah
Dorongan bersifat mengarahkan. Dorongan dapat mengarahkan pada tingkah laku mendekat atau tingkah laku menghindar. Dorongan juga menjadikan organisme peka terhadap stimulus tertentu yang penting bagi motif dan menentukan secara efektif stimulus-stimulus yang dibutuhkan organisme.
c. Presistensi
Dorongan tidak hanya mengarahkan tingkah laku organisme ke arah tertentu (mendekat atau menghindar), tetapi juga bertindak sebagai pemelihara kontinuitas tingkah laku sampai ke tujuan tertentu.
8. Tendensi Pengaktualisasian
Dikembangkan oleh Carl Rogers sebagai dasar dari psikoterapi yang dinamakan client-centered therapy. Menurut Rogers (Ratumanan, 2004) tendensi pengaktualisasian merupakan master motive yang mempresentasikan tendensi inheren pada manusia sebagai organisme untuk mengembangkan semua kapasitas atau potensi yang dimilikinya dengan berbagai cara, yang ditujukan pada pemeliharaan dan upaya peningkatan diri.
Rogers mengemukakan beberapa ciri-ciri tendensi pengaktulisasian sebagai berikut.
a. Tendensi pengaktualisasian berakar pada proses-proses fisiologis dari tubuh dan besifat bawaan. Pada taraf organik, tendensi bawaan tidak hanya berkaitan dengan pemeliharaan organisme, tetapi juga meliputi perluasan atau peningkatan organisme dan pertumbuhan serat regenarasi organisme.
b. Tendensi pengaktualisasian bukan semata-mata menghasilkan pengurangan tegangan, tetapi sebaliknya menghasilkan peningkatan tegangan. Tingkah laku manusia dimotivasi oleh tendensi pengaktualisasian untuk mencapai pertumbuhan diri yang optimal melalui perluasan pengalaman, pencarian stimulus, dan aktivitas lain yang merangsang pengungkapan potensi-potensi.
c. Tendensi pengaktualisasian betindak sebagai kriteria pengevaluasian atau pengalaman-pengalaman kehidupan yang dijalani individu. Proses penilaian tersebut memungkinkan individu mengevaluasi pengalaman-pengalaman (atau tingkah laku) apakah menunjang tendensi pengaktualisasian dirinya ataukah tidak.






C. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan hal penting dalam hidup seseorang. Motivasi memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang bahkan mempengaruhi berbagai aspek perilaku dan kehidupan seseorang. Menurut Travers (dalam Ratumanan 2004), motivasi dapat mengakibatkan seseorang melakukan suatu aktivitas, dapat mendorong perubahan fisik, perubahan emosional, perubahan perseptual dan perubahan kognitif seseorang.
Motivasi dapat mempengaruhi seluruh aspek perilaku seseorang yakni meliputi:
a. Persepsi dan perhatian
b. Mengingat dan melupakan
c. Berfikir dan fantasi
d. Belajar dan penampilan
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi memiliki peranan penting. Salah satu prinsip dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus secara aktif mengambil peranan sebagai pembelajar. Motivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha belajar dan pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Motivasi dapat mengarahkan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan atau cita-citanya. Motivasi dapat berperan dalam menyeleksi perbuatan siswa, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dikesampingkan.









D. Jenis Jenis Motivasi
Jenis motivasi menurut Woodworth dan Marquis (Ratumanan, 2004) sebagai berikut:
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan makan, minum, seksual.
b. Motif-motif darurat, seperti menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
c. Motif-motif objektif . Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini untuk menghadapi dunia luar secara selektif.
Berdasarkan sumber munculnya motivasi dibedakan 2 jenis :
a. Motivasi Intrinsik (Motivasi Internal)
Motivasi intrinsik merupakan Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Motivasi ini disebut juga Motivasi murni.
Sebagai contoh, seorang siswa yang ingin belajar karena ingin mendapatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, akan melakukan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus ditugaskan oleh guru.
b. Motivasi Ekstrinsik
Merupakan motivasi yang disebabkan dari faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan hukuman dan pujian. Motivasi Ekstrinsik diartikan sebagai bentuk motivasi berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi intrinsik akan lebih stabil dan menetap bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik yang berasal dari pengaruh luar. Misalkan seorang termotivasi belajar karena suatu lingkungan (misalkan karena sekelas dengan pacarnya, karena pujian guru, dsb). Selama faktor tersebut ada siswa tersebut masih memiliki motivasi untuk belajar. Tetapi jika faktor lingkungan tersebut lenyap, maka motivasi siswa tersebut menjadi surut.




E. Pembelajaran Dan Motivasi
Prinsip belajar dan motivasi menurut Oemar Malik :
1. Kebermaknaan
Siswa akan suka dan termotivasi bila hal-hal yang dipelajarinya mengandung makna tertentu baginya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
a. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman para siswa.
b. Menghubungkan pelajaran dengan minat dan nilai siswa
c. Menghubungkan pelajaran dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai siswa
2. Modelling
Pelajaran dapat lebih mudah dihayati oleh siswa jika guru mengajarkannya dengan tingkah laku model, karena pada dasarnya siswa menyukai tingkah laku yang baru bila disaksikan dan ditirunya.
Untuk menjadi modelling guru perlu memperhatikan petunjuk berikut:
a. Guru menetapkan aspek-aspek penting dalam tingkah laku yang akan dipertunjukan sebagai model.
b. Siswa yang dapat menirukan model yang dipertunjukan hendaknya diberi ganjaran yang setimpal.
c. Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi dari pada pribadi siswanya, yang mempertunjukan hal-hal yang lebih untuk ditiru oleh siswa.
d. Hindarkan tingkah laku model yang berbenturan danga nilai-nilai yang dimiliki oleh siswa.
e. Modelling disajikan dalam waktu mengajar atau dalam ketrampilan-ketrampilan siswa.
3. Komunikasi terbuka.
Cara yang dapat ditempuh yaitu:
a. Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada siswa agar mendapat perhatian mereka.
b. Tunjukan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa yang sedang diperbincangkan
c. Jelaskan pelajaran secara nyata, usahakan menggunakan media instruksional, sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang dibahas.
4. Prasyarat
Kenali siswa apakah sudah memiliki prasyarat, dengan menganalisi tugas, topik dan tujuan yang ingin dicapai, kemudiam lakukan tes.
5. Novelty
Guru dapat memvariasikan metode mengajar, berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegitan yang mungkin masih asing bagi siswa.
6. Latihan Praktek yang aktif dan bermanfaat.
Dapat dilakukan dengan cara:
a. Usahakan agar siswa mungkin menjawab pertanyaan atau memberi respon terhadap pertanyaan guru, sedang yang lainnya menulis jawaban-jawaban dan menanggapinya secara lisan.
b. Minta agar siswa menyusun atau menata kembali informasi, yang diperoleh dari bacaan.
c. Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
7. Latihan terbagi
Latihan-latihan diberi dibagi dalam kurun waktu yang lebih pendek. Jangan memberikan latihan dengan jangka waktu yang lebih lama karena akan melelahkan siswa, atau tidak menyenangi pelajaran atau mengaami kekeliruan pada saat melakukan praktek.
8. Kurangi secara sistematik paksaan belajar.
Siswa perlu diberikan paksaan belajar/pemompaan, tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, secara sistematik pemompaan tersebut dikurangi, sehingga lambat laun siswa dapat belajar sendiri.
9. Kondisi-kondisi yang menyenangkan
Dalam hal ini guru dapat melakukan:
a. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, karena menyebabkan kejenuhan.
b. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan.
c. Hindarkan terjadi frustasi karena situasi kelas yang tak menentu atau mengajukan permintaan yang tak masuk akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia.
d. Hindarkan situasi kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.
Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan seperti ini maka guru dapat melakukan:
a. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselengarakannya latihan
b. Berilah jawaban pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa.
c. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.
F. Motivasi Di Dalam Kelas
Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan delapan (8) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu:
1. Motivasi tugas;
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan oleh guru, murid sendiri, maupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama, dengan tujuan melibatkan guru dan mengiatkan siswa dalam menyelesaika tugas-tugas.
2. Motivasi aspirasi
Motivasi yang dapat tumbuh dalam diri siswa, akibat siswa itu memiliki keinginan untuk sukses. Perasaan gagal pada dasarnya dapat menghambat siswa dalam belajar, untuk itu guru harus mampu menjadikan siswa itu berhasi dengan menanamkan konsep bahwa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh usaha, bukan kemampuan atau kcerdasan.
3. Motivasi persaingan
Motivasi yang sehat dapat menjadi motivsi yang kuat dalam belajar, tetapi persaingan yang diharapkan bukan persaingan yang berlebihan dikalangan siswa. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4. Motivasi afiliasi;
Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajaryang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa (guru dan orang tuanya), maupun teman sebayanya.
5. Motivasi kecemasan;
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi menurun.
6. Motivasi menghindar.
Motivasi ini dibutuhkan ketika siswa menemui beberapa hambatan, dalam mencapai kesuksesan belajar. Tetapi bukan berarti bahwa siswa harus menghindarkan dirinya dari belajar.
7. Motivasi Penguatan
Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan.
8. Motivasi yang diarahkan.
Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktivitas belajar mereka

H. Guru Sebagai Pengerak Motivasi
Sebagai seorang guru, kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.
Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:
1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar
5. Melaksanakan aktivitas pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal

ERITROSIT,ERITROPOIESIS,NEUTROFIL

NAMA : REZKI ANGGRIANI
NPM : 09. 601030. 037
PRODI : BIOLOGI
SEMESTER : 3


PEMBAHASAN DAN PERKEMBANGAN ERITROPOISIS
I. ERITROPOESIS
Sesuai fungsinya sumsum tulang dapat dibagi dalam beberapa sistem/kelompok sel :
1. Kelompok sel induk pluripotensial + multipotensial
2. Kelompok sel induk unipotensial atau bipotensial + sel-sel yang berdiferensiasi.
3. Sistem pengatur pertumbuhan (menstimulasi proliferasi set)
Dalam sumsum tulang yang aktif memproduksi sel darah terdapat dua sistem yaitu
1. stroma sumsum tulang
2. sinusoid.
Sel yang berperan dalam hemopoesis mengambil tempat dalam stroma sumsum tulang, hanya sel yang sudah matang masuk dalam sinusoid dan terus ikut dalam aliran darah masuk ke dalam sirkulasi darah. Sel yang belum matang pada
prinsipnya tetap tinggal dalam stroma sumsum tulang.
II. PROSES PEMBENTUKAN ERITROPOESIS
1. Proses eritropoesis dimulai sel induk multipotensial, kemudian terbentuk sel-sel induk unipotensial yang masing-masing membentuk satu jenis sel misalnya eritrosit. Proses pembentukan eritrosit ini disebut eritropoesis.
2. Dalam keadaan normal 20% dari sel sumsum tulang yang berinti adalah sel berinti pembentuk eritrosit.
3. Sel berinti pembentuk eritrosit ini tampak berkelompok-kelompok dan tidak masuk ke dalam sinusoid.
4. Baru pada tahap retikulosit (tak berinti lagi) sel-sel ini menjadi lebih bebas satu sama lain dan dapat masuk ke dalam sinusoid untuk terus masuk dalam aliran darah.
5. Sel induk unipotensial yang committed akan mulai bermitosis sambil berdiferensiasi menjadi sel eritrosit bila mendapat rangsangan eritropoetin.
6. Selain merangsang proliferasi sel induk unipotensial, eritropoetin juga merangsang mitosis lebih lanjut sel promonoblas, normoblas basofilik dan normoblas polikromatofil. (Biasanya diperlukan 3¬5x mitosis untuk mengubah proeritroblas mencapai tahap terakhir dari sistim eritropoesis yang masih berinti.)
Dapat di simpulkan bahwa Eritropoesis dimulai dari transformasi hemositoblas menjadi rubriblas. Selanjutnya sel intermediat lain terbentuk sampai tahap akhir pembentukan eritrosit tercapai. Sintesis Hb dan hilangnya inti menandai urut-urutan perkembangan eritropoesis. Rubriblas menglami beberapa tahap diferensiasi dalam urut-urutan tersebut. Pertama-tama rubriblas berubah menjadi prorubrisit. Kemudian prorubrisit berkembang menjadi rubrisit, sel pertama dalam urutan yang mulai mensintesis Hb. Kemudian rubrisit berkembang menjadi metarubrisit. Dalam metarubrisit sintesi Hb ada tingkat meksimum dan inti hilang karena di buang. Pada tahap berikutnya, metarubrisit berkembang menjadi retikulosit yang seterusnya menjadi eritrosit, atau sel darah merah dewasa.

PERKEMBANGAN DAN PEMBAHASAN NETROFIL
III. PERKEMBANGAN DAN PEMBAHASAN NETROFIL
Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang terbanyak yaitu sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 darah normal.
Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi perubahan bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap mempunyai harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut dapat mencerminkan kelainan. Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 μm. Intinya berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih. Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka sukar untuk untuk memastikan adanya nukleolus.
Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti netrofil yang tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan apakah jenis kelamin seseorang wanita.
Dalam sitoplasma terdapat 2 jenis butir-butir ata granul yang berbeda dalam penampilannya dengan ukuran antara (0.3-0.8μm).
Granul pada neutrofil tersebut yaitu :
a. Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase, dimana sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang yang makin dewasa makin berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih besar dari pada jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah kehilangan kemampuan mengikat warna. Dengan pewarnaan Romanovsky butiran ini tampak ungu kemerah-merahan.
b. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Dinamakan butir spesifik karena hanya terdapat pada sel netrofil dengan ukran lebih halus. Butiran ini baru tampak dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda dan pada sel dewasa akan tampak lebih banyak daripada butir azurofil.
c. Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria,apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.
Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan
diikuti oleh aglutulasi organel - organel dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan nautrofil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik.

PEMBENTUKAN DAN PEMBAHASAN ERITROSIT

IV. PEMBENTUKAN ERITROSIT DAN PERKEMBANGAN ERITROSIT
Unsur darah yang berbentuk umurnya pendek dan terus menerus dirusak. Jumlah unsur yang berbentuk di dalam darah dipertahankan pada suatu jumlah yang tetap dengan pembentukan sel-sel baru. Proses pembentukan darah disebut Hemopoiesis (atau hematopoiesis), dan ini terjadi di dalam jaringan hemopoietik. Unsur darah yang berbentuk dapat dibagi dalam dua golongan menurut tempat berkembang dan berdiferensiasi pada orang dewasa. Limfosit dan monosit terutama berkembang di dalam jaringan limfoid dan disebut unsur-unsur limfoid. Eritrosit dan granulosit dalam keadaan normal dihasilkan di dalam sumsum tulang (jaringan mieloid) dan disebut sebagai unsur-unsur mieloid.
Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti.
Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Eritrosit mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh. Seperti halnya sel-sel yang lain, eritrositpun dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap didalam.
Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat kedewasaan eritrosit dapat berbeda dari normal. Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai bentuk yang abnormal dinamakan poikilosit, sedangkan sel-selnya cukup banyak maka keadaan tersebut dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang berukuran kurang dari normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit.
Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.

V. PEMBAHASAN
secara pembahasan Eritrosit mikroskopik, eritrosit atau sel darah merah nampak sebagai lempengan bikonkaf dengan rata- rata diameternya 8,1 µm, ketebalan maksimum 2.7 µm dan ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1.0 µm. Sel darah merah tidak berinti dan tidak dapat berproduksi atau melakukan metabolisme ekstensif. Air menempati 70% dari volume sel, dan hemoglobin ( Hb ) menempati 25% volume, sementara kandungan lain seperti protein dan lipid, termasuk kolesterol menempati sisa volume ( 5% ). Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. Walaupun fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida, Hb juga memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Molekul Hb adalah protein gabungan denhan Bm kira-kira 64.500. dibentuk oleh dua komponen yang bersama-sama membentuk satu subunit protein gabungan, yaitu satu pigmen yang berisi besi disebut heme terikat pada satu molekul peptida yang disebut globin. Molekul Hb dari eritrosit secara fungsi dibentuk dari bentuk subunit tersebut. Dua subunit berisi satu molekul globin yang dipola sebagai satu rantai alfa dan dua subunit lainnya berisi molekul globin yang dipola sebagai suatu rantai beta.
Setiap molekul Hb fungsional berisi empat atom besi dalam bentuk fero , dan Hb dapat bergabung dengan empat molekul oksigen. Bila oksigen bergabung dengan empat atom besi pertama, gabungan oksigen berikutnya dengan yiga ataom besi sisanya sangat dipertinggi. Dengan demikian, karena darah melalui paru-paru, hemoglobin eritrosit memuat oksigen, yang diangkut ke seluruh jaringan tubuh lain. Dalam jaringan tubuh, oksigen dilepas untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Kemampuan Hb untuk bergabung dengan oksigen dan sebaliknya merupakan gambaran bahwa molekul ini sangat luar biasa dan memberikan peran berarti bagi homeostatis. Kemampuan untuk mengikat dan melepas oksigen dipengaruhu oleh perubahan suhu, komposisi ion plasma, pH atau kadar CO2. Pengatur kemampuan mengikat oksigen Hb paling penting adalah ph dan tekanan parsial CO2. Cara- cara pengubahan pH dan pCO2 ( tekanan parsial CO2 ) mempengaruhi persen kelarutan Hb. Ph dan pCO2 berkaitan dengan kenyataan bahwa kadar CO2 bertambah, konsentrasi H+ juga bertambah. Perhatiakan reaksi berikut;

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
Keterkaitan kerja pH dan pCO2 pada kemampuan mengikat oksigen terhadap Hb dikenal dengan efek Bohr.kalau kadar CO2 dan H2O naik, maka kemampuan Hb untuk mengikat oksigen turun. Dengan denikian, kalau eritrosit dengan muatan oksigennya samapai jaringan perifer, maka eritrosit akan menanggapi naiknya kadar CO2 yang telah dihasiklkan oleh metabolisme sel dengan melepaskan oksigen yang dibawanya. Karena tekanan parsial oksigen di sekitar Hb turun, maka afinitas Hb terhadap oksigen juga turun. Ini berarti bila aliran darah melalui jaringan yang kadar oksigennya rendah., Hb melepas oksigennya dengan sangat mudah. Sebaliknya, pada jaringan pada oksigennya tinggi, Hb cepat mengankut oksigen. Di paru-paru, bila molekul Hb mengikat molekul oksigen , maka ia juga melepas H+ . ion H+ yang dilepas bergabung dengan ion bikarbonat dalam plasma membentuk asam bikarbonat, yang kemudian melepas CO2 untuk dihembuskan.
Pada jaringan perifer, banyak CO2 diproduksi dari metabolisme seluler. CO2 membentuk asam bikarbonat ( H2CO 3) yang berdisosiasi dalam larutan menjadi H+ dan HCO3_ . dengan demikian rendahnya pO2 dan naiknya H+ menyebabnya Hb melepas oksigen dan mengambil H+. kira-kira pertiga CO2 dibuang dari jaringan dalam bnetuk bikarbonat terlarut.
Eritrosit berisi enzim karbonat anhidrase, yang mengkatalis reaksi berikut: CO2 + H2O-H2CO3. Pada jaringan perifer di mana CO2 diproduksi, karbonat anhidrase mendorong reaksi kearah kanan. Dalam lingkungan paru-paru di mana CO2 relatif lebih rendah dibandingkan di lingkungan jaringan, enzim menggerakkan reaksi ke arah kiri. Karbondioksida juga langsung diangkut lamgsung pada molekul Hb dalam membentuk gugus karbamino. Asam amino dalam rantai α dan rantai β molekul Hb memiliki gugus asam amino lebih ( NH2 ). Asam amino demikian seperti histide, arginine, dan lysine dapat bergabung dengan karbonsioksida.
Bentuk eritrosit bikonkaf, seperti lempeng, memberi rasio luas permukaan terhadap volemu sangat besar. Luas permukaan memungkinkan pertukaran gas cepat dari interior ke eksterior dan sebaliknya. Molekul- molekul gas yang terletak di interor tak pernah jauh dari permukaan sel. Karenanya difusi dapat berlangsung sempurna secara cepat melalui membran-membran. Bikonkafnya eritrositt juga memungkinkan sel untuk menata ketidakteraturan osmotik yang dapat ditanggapinya dengan melakukan perubahan volume, menggunakan sedikit atau tekanan pada membran.
Konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal, setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan . nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan dektruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah.wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Pengaruh komulatif pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis bagi setiap sel, pada titik ini eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial. Lama hidup eritrosit mengikuti distribusi dengan rata-rata lama hidup kira-kira 127 hari.
Untuk menjaga jumlah nornal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel dewasa baru pada kecepatan 2 juta setiap detik. Pada orang dewasa, produksi eritrosit mengambil tempat di jaringan mieloid yang terletak di sumsum tulang dari tulang kranial, rusuk, dada, korpus vertebra, epifisis proksimal humerus, dan femur. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoesis.

MEKANISME KERJA OTOT

MEKANISME KERJA OTOT
I. KONTRAKSI OTOT
Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji lebih dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas (tendon Achillus) pada permukaan kaki.
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.
5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.

II. SIFAT KERJA OTOT DAN HUBUNGANNYA
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.

1. Jenis – Jenis Otot
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot lurik (Otot Rangka)
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunyai jalur-jalur melintang gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:
1. Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung
2. Urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil. Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini:
1. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
2. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi
kisut atau mengalami atrofi.
Kebanyakan otot rangka (jumlah dalam manusia Å 600) menyambungkan tulang ke tulang; ada yang menggerakkan bahagian tertentu tanpa melibatkan tulang, misalnya kelopak mata, otot sfinkter, lidah. Otot rangka hanya mampu menarik, tidak menolak. Oleh itu, untuk menggerakkan anggota (pergerakan tulang) otot lazimnya berpasangan, disebut pasangan antagonis. Contoh: untuk membengkokkan tangan, otot biseps mengecut dan pasangan antagonisnya, otot triseps mengendur (m.s.1039 Campbell; m.s. 846 Audesirk & Audesirk). Bagaimanakah pasangan otot antagonis dikawal? Maklumat eferen somatik merangsang otot pertama (melalui neurotransmiter perangsang) dan merencat otot kedua (melalui neurotransmiter perencat). Otot rangka kelihatan berjalur dan tersusun dalam keadaan selari.
b. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh, misalnya pada:



1. Dinding saluran pencernaan
2. Saluran-saluran pernapasan
3. Pembuluh darah
4. Saluran kencing dan kelamin
c. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut-serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom. Otot jantung hanya terdapat di jantung. Otot jantung terlihat berjalur seperti otot rangka. Otot jantung dikawal oleh sistem saraf autonomi. Setiap sel bersambung-sambung dengan sel lain melalui cakera interkalari yang berupaya mengalirkan arus elektrik dari sel ke sel. Manfaat: supaya pengecutan jantung terselaras untuk mengepam darah. Otot jantung mengecut secara spontan walaupun tiada rangsangan diterima dari sistem saraf pusat.
Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.

III. FUNGSI OTOT

Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan berurutan. Rangsangan kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memeprkuat rangsangan kedua . Dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum . Tonus yang maksimum terus – menerus disebut tetanus.
Selanjutnya, ada 2 tipe otot, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah kaya akan suplai darah, mengandung mitokondria dan mioglobin. Mioglobin merupakan senyawa seperti hemoglobin yang mampu mengikat O2 dean menyimpannya di dalam otot. Otot merah juga mengoksidasi asam lemak untuk memeperoleh energi. Sebaliknya, otot putih memiliki sedikit darah, mitokondria, dan mioglobin. Akan tetapi, otot putih terspesialisasi untuk melakukan pernapasan anaerobik untuk menghasilkan energi tanpa O2 sehingga cepat berkontraksi meskipun cepat lelah.



IV. SIFAT KERJA OTOT

Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :
A. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.

B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup.
Gerakan pada bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.

V. MEKANISME GERAK OTOT
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang disebut model sliding filaments.
Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.
Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi.

Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.
VI. SUMBER ENERGI UNTUK GERAK OTOT
ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin yang memerlukan ATP.
ATP ---- ADP + P
Aktin + Miosin ------------------------- Aktomiosin ATPase
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP.

Kreatin Fosfokreatin + ADP ----------------- keratin + ATP Fosfokinase
Pada otot lurik jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah bahwa otot sinergis dan otot antagonis merupakan aplikasi dari gerakan alamiah yang dapat dititmbulkan oleh mekanisme gerak tubuh kita, sehingga kehadirannya sangat dibutuhkan untuk menunjang gerakan yang ditimbulkan oleh tubuh kita terutama pada saat kita sedang beraktivitas.

Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan untuk bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot. Otot mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi.
NAMA : REZKI ANGGRIANI
NPM : 09601030037

GAMBAR MEKANISME KERJA OTOT










Proses Mekanisme kerja otot

KELENJAR

NAMA : REZKI ANGGRIANI
PRODI : BIOLOGI
SEMESTER : 3
TUGAS : HISTOLOGI
KELENJAR

I. KELENJAR
Kelenjar adalah suatu sel atau beberapa sel tubuh yang menghasilkan substansi khusus untuk bagian lain dari tubuh.
II. KLASIFIKASI KELENJAR
A. KELENJAR EKSOKRIN
Kelenjar ini mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya dan selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Secara morfologik kelenjar eksokrin dapat digolongkan menurut dasar tertentu. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, maka dapat digolongkan ke dalam :
a) Kelenjar uniseluler
Kelenjar jenis ini tidak memiliki saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan, misalnya pada epitel usus sebagai sel piala.
b) Kelenjar multiseluler
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini dibedakan menjadi :
1. Kelenjar intraepithelial
yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar. Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada epitel selaput lendir lambung dan rongga hidung.
2. Kelenjar ekstraepitelial
jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat. Jenis kelenjar ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a. Pars secretoria, yaitu bagian yang menghasilkan sekret
b. Ductus excretorius, yaitu saluran yang menampung sekret dari pars secretoria.
Dengan memperhatikan bentuk pars secretoria dan ductus excretorius dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu :
1) Kelenjar tubuler sederhana (simple tubular gland)
a. Kelenjar tubuler lurus (kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (glandula subdorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (glandula uterina)
2) Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveoler gland)
Kelenjar ini selalu bercabang (glandula submandibularis, glandula duodenalis brunneri).
3) Kelenjar alveolar sederhana (simple alveolar gland)
Contoh kelenjar ini yaitu glandula sebacea yang terdapat pada kulit dan merupakan kelenjar polyptyche yang mempunyai modifikasi pada kelopak mata sebagai glandula meibomi yang termasuk sebagai kelenjar alveolar sederhana bercabang .
4) Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland)
Kelenjar ini mempunyai pars secretoria berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang bercabang dan akhirnya bermuara dalam satu saluran utama contohnya testis.
Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel pars secretorianya dapat dibedakan menjadi :
a. Kelenjar monoptyche, yang terdiri atas satu lapis sel (misalnya kelenjar keringat)
b. Kelenjar polyptyche, yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya glandula sebacea).
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi :
a. Kelenjar sitogen, yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya (misalnya testis dan ovarium)
b. Kelenjar nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel. Kelenjar nonsitogen ini dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :
i. Kelenjar mukosa
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya pyramidal dengan bagian puncaknya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai pembentuk lendir.
ii. Kelenjar serosa
Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih yang berbentuk sebagai albumin. Terkadang sekret tersebut mengandung enzim seperti pada kelenjar pancreas dan parotis.


Sel kelenjar serosa berbentuk pyramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak ditengah. Pada bagian basal sel terdapat glanular endoplaspic reticulum sehingga pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya tampak gambaran yang bergaris-garis.
iii. Kelenjar campuran
Merupakan kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar mukosa dan serosa. Kadang-kadang sel serosa terdesak oleh sel mukosa sehingga membentuk gambaran bulan sabit yang dinamakan demiluna gianuzzi. Contoh dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan glandula sublingualis.

Berdasarkan cara sekresinya, dikenal tiga macam kelenjar yaitu :

A. Kelenjar merokrin
Pada saat sekresi tidak akan terjadi kerusakan pada selnya ataupun tidak ada bagian sel yang ikut disekresikan (glandula subdorifera).
B. Kelenjar apokrin
Kelenjar jenis ini pada saat sekresi, ada sebagian dari puncak sel ikut bersama-sam disekresikan sehingga tampak adanya tonjolan-tonjolan di bagian pucak sel kelenjar (glandula axillaris dan glandula circumanale).
C. Kelenjar holokrin
Kelenjar jenis ini akan mengalami kerusakan pada waktu melangsungkan sekresi sehingga sekretnya bercampur dengan bagian sel yang telah mati (glandula sebacea).

III. SEL MIO-EPITEL

Sel ini berasal dari epitel tetapi bersifat kontraktil seperti sel otot. Sel tersebut terletak diantara membrane basalis dan sel-sel epitel kelenjarnya. Sel mio-epitel diduga berfungsi untuk membantu mendorong sekret kelenjar ke dalam duktus excretorius, terlihat adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma yang panjang mengelilingi pars secretoria membentuk anyaman sebagai keranjang.



IV. ORGANISASI HISTOLOGIS KELENJAR EKSOKRIN

Pada umumnya kesatuan-kesatuan kelenjar bergabung membentuk kelenjar besar, sehingga masing-masing ductus excretoriusnya bermuara ke dalam saluran yang lebih besar. Seluruh kelenjar tersebut di bungkus oleh kapsel jaringan pengikat yang melanjutkan masuk ke dalam bagian dalam dari kelenjar sehingga seluruh kelenjar tersebut dibagi-bagi dalam lobus dan jaringan pengikat yang membatasi dinamakan septum interlobaris. Selajutnya jaringan pengikat tersebut juga membagi-bagi kelenjar dalam satuan yang lebih kecil yang dinamakan lobulus.

Pada beberapa kelenjar, tampak bahwa beberapa septum seolah-olah menuju ke satu arah yaitu kearah saluran utama memasuki kelenjar. Saluran utama kelenjar tersebut menerima saluran dari setiap lobus yang dinamakan duktus lobaris. Saluran ini menerima duktus interlobularis yang berjalan dalam septum interlobularis. Duktus interlobularis menerima saluran yang lebih kecil dari lobulus yang dinamakan duktus intralobularis yang hanya sedikit dibungkus oleh jaringan pengikat. Duktus intralobularis menerima sekret kelenjar melalui duktus intercalaris yang menampung langsung dari pars secretoria atau melalui canalicali intercellularis yang merupakan celah-celah diantara masing-masing sel-sel kelenjar.
B. KELENJAR ENDOKRIN
Kelenjar ini tidak memiliki saluran keluar, disebut juga dengan kelenjar buntu. Hasil dari kelenjar ini diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfe. Pada umumnya kelenjar endokrin terdapat anyaman kapiler yang berhubungan langsung dengan sel-sel kelenjar. Susunan sel-sel kelenjar dapat tersebar dalam anyaman kapiler atau membentuk kelompok-kelompok.
Oleh karena hormon sebagai hasil kelenjar endokrin dalam kadar yang sangat rendah sudah menunjukkan pengaruhnya, maka hormon tersebut tidak selalu harus diangkut oleh pembuluh darah, namun harus di timbun terlebih dahulu. Penimbunan pada hormon pada tingkat pertama dapat dilakukan intraseluler sebagai butir-butir sekresi yang selanjutnya dapat ditimbun ekstraseluler di dalam celah-celah antar sel kelenjar atau dibatasi dalam suatu bentuk ruang yang dinamakan folikel (glandula thyroidea).

Tidak semua kelenjar endokrin disusun dalam kesatuan kelenjar khusus, melainkan tersebar dalam suatu organ (testis, ovarium, dan selaput lendir usus). Sebagian kelenjar endokrin membentuk suatu kesatuan yang dibungkus oleh jaringan pengikat (hypophisis cerebri). Ada bentuk khusus dari kelenjar endokrin yang merupakan campuran kelenjar endokrin-eksokrin. Jenis kelenjar ini terdapat pada pancreas dimana kelenjar endokrin sebagai pulau-pulau diantara kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin sebagai insula langerhans.

JARINGAN EPITEL

JARINGAN EPITEL
1. JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.

2. ISTILAH EPITEL

Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti nipple atau punting.
Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.

Epitel dalam arti luas dikelompokan menjadi :
a. Jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga di dalam tubuh yang dinamakan epitel permukaan, mereka dapat digolongkan sesuai jumlah lapisan sel dan morfologi sel pada lapisan permukaan.
b. Jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat menjadi epitel kelenjar, jaringan epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi khusus menghasilkan cairan sekresi yang komposisinya berbeda dari darah atau cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses makromolekul intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam vesikel-vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.

3. ASAL EPITEL

Epitel dapat berkembang dari ketiga lapis embrional. Epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung, dan anus berasal dari ektoderm. Pelapis sistem pernapasan, saluran cerna, dan kelenjar dari saluran cerna (misalnya, pancreas dan hati) berasal dari endoderm. Epitel lainnya (misalnya, endotel pelapis pembuluh darah) berasal dari mesoderm. Pada umumnya mesoderm ini akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada dua macam yaitu :
a. Endothelium
Endotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe.
b. Mesothelium
Mesotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang menutupi beberapa organ tertentu seperti yang melapisi peritoneum, pleura, dan pericardium.

Fungsi umum membran epitel :
a) Proteksi
Sebagai pelindung untuk melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
b) Absorbsi
Epitel yang membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan.
c) Lubrikasi
Sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang melapisi vagina.
d) Sekretori
Dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.
4. NUTRISI JARINGAN EPITEL

Pada umumnya jaringan epitel tidak memiliki pembuluh darah sehingga nutrisi untuk sel-sel didapatkan dengan cara tidak langsung. Nutrisi dan O2 yang berasal dari kapiler pada jaringan pengikat di bawah epitel harus lebih dulu menembus membrana basalis, selanjutnya nutrisi akan menyebar ke seluruh bagian epitel dengan cara difusi melalui substasi interseluler.

5. BENTUK SEL EPITEL
Sel-sel epitel dalam keadaan hidup dapat berubah bentuknya untuk mengikuti perubahan permukaan yang ditutupinya. Kalau permukaannya mengkerut, bentuk sel-sel epitelnya menjadi lebih tinggi dan sebaliknya kalau permukaannya meluas, bentuk sel-sel akan lebih rendah.

Pada umumnya dibedakan adanya 3 macam bentuk sel epitel yaitu :
a. Sel gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.
b. Sel kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya tampak poligonal.
c. Sel silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang berbentuk oval agak ke basal.

Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi :
a) Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous epithelium).
Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis, Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga serosa, endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus alveolaris dan alveoli paru-paru.
b) Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal epithelium).
Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus, diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium germanitivum, pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus ekskretorius beberapa kelenjar.
c) Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar epithelium).
Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai pada permukaan uterus dan bronchiolus.

Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel Piala.
d) Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos epithelium).
Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel.

Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.
2) Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada epidermis kulit.

Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :
a. Stratum basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan eratnya hubungan antar sel.
c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis.
d. Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.
e. Stratum corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagian-bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.

e) Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified columnar epithelium).
Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membran basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae, urethra pars cavernosa dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum molle, laring dan oesophagus dari fetus.
f) Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ).
Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum folliculi ovarii.
g) Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex, epitel silindris berlapis semu).
Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga letak inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang berukuran pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.

Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
h) Epitel transisional (Transisional epithelium ).
Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales sampai sebagian dari urethra.

Sel-sel paling basal dari epitel tersebut berbentuk kuboid atau silindris. Sel-sel yang terdapat diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang kemudian dilanjutkan dengan sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke arah permukaan. Sel-sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang dapat berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan Sel Payung. Bagian bawah dari sel payung bentuknya cekung sesuai dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu. Permukaan sel payung dilengkapi dengan crusta yang dapat berfungsi untuk melindungi terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.
6. STRUKTUR PENYOKONG DALAM SEL EPITEL

Dalam sitoplasma sel epitel, terdapat organela yang berfungsi sebagai rangka penyokong, diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan cell web. Distribusi bahan-bahan fibriler tersebut berbeda pada masing-masing jenis sel epitel, misalnya dalam sel-sel epitel untuk absorbsi seperti pada epitel usus, sebagian besar dari struktur fibriler berkumpul di bawah permukaan bebas sel tepat di bawah mikrovili, fibril yang membentuk anyaman tersebut dinamakan terminal web.

Di dalam sediaan epidermis kulit sering terlihat bangunan yang dinamakan tonofibril yang merupakan kumpulan berkas-berkas filamen. Filamen-filamen yang membentuk terminal web atau cell web melekat pada suatu daerah yang pada permukaan selnya terdapat struktur yang dinamakan desmosom.

7. STRUKTUR KHUSUS PADA SISI SEL EPITEL

Pengkhususan struktur pada sisi sel merupakan modifikasi permukaan sehingga memenuhi fungsi hubungan dalam berbagai bentuk. Bentuk khusus tersebut misalnya untuk kemantapan dalam kedudukannya, untuk mengisi celah antar sel pada tempat tertentu, dan untuk merambatkan listrik.
Bentuk khusus pada permukaan sel biasanya dinamakan berdasarkan pada ukuran dan bentuk daerah yang mengalami pengkhususan tersebut. Macula merupakan daerah kecil berupa bercak, sedangkan yang dimaksud dengan zonula adalah jika daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang dan bila daerahnya luas maka dinamakan fascia.

Jarak antara permukaan sel-sel yang berhadapan menjadi dasar dalam penamaan pada struktur khusus sel epitel. Pada umumnya jarak membran plasma dari sel-sel epitel yang berdekatan berkisar antara 150 Å- 200 Å. Istilah adhaeren digunakan untuk struktur khusus pada membran sel yang berdekatan dengan jarak antara 200 Å-250 Å. Di dalam celah antar sel tersebut berisi bahan yang diduga berguna untuk melekatkan satu sama lain. Istilah occludens digunakan untuk sel-sel yang berhadapan dimana masing-masing membran plasmanya berhimpit langsung tanpa dipisahkan oleh celah. Jenis hubungan ini biasanya dinamakan juga sebagai tight junction atau pentalaminar junction. Gap junction merupakan bentuk hubungan antar sel yang dipisahkan oleh celah yang sempit sebesar 20 Å.
Atas dua dasar tersebut maka jenis hubungan dapat dinamakan sebagai berikut :

1) Desmosome (macula adhaerens)
Desmosome atau macula adhaerens biasanya berbentuk bulat atau oval. Hubungan tersebut memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel satu sama lain. Fungsi desmosome adalah sebagai tempat perlekatan mekanik antar dua sel yang berdekatan. Bentuk ini banyak dijumpai pada epitel berlapis yang banyak mengalami tekanan, seperti pada epidermis dan cervix. Bila jumlah desmosome berkurang, maka sel-sel tersebut mudah terlepas seperti pada kelainan kulit tertentu. Desmosome yang bukan merupakan hubungan antar dua sel seperti yang terdapat pada bagian dasar sel epitel yang berdekatan dengan jaringan pengikat di bawahnya, maka bentuknya tidak menunjukkan gambaran yang simetris, melainkan hanya separuhnya saja yang disebut dengan hemidesmosome.
2) Terminal bar (junctional complex)
Terminal bar merupakan serangkaian bentuk pengkhususan dari membran sel berbentuk sebagai : zonula occludens, zonula adhaerens, dan serangkaian desmosome. Tight junction pada terminal bar mempunyai struktur khas, yaitu menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada permukaannya. Daerah zonula adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-sifat sebagai macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi zonula occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel bersangkutan, sedangkan fungsi zonula adhaerens adalah untuk pelekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain seperti pada otot jantung.
3) Gap junction
Gap junction merupakan hubungan interseluler yang mempunyai kategori hubungan komunikasi antar sel. Gap junction tersusun oleh molekul-molekul protein yang menonjol dari membrane sel membentuk suatu struktur yang membatasi saluran yang dinamakan connexon. Connexon ini diduga menghubungkan antara dua sel yang berdampingan melalui isi yang mengalir di dalamnya. Connexon ini berukuran separuh dari panjang saluran yang dibentuk. Kedua connexon tersebut bertemu sedemikian rupa sehingga antara dua membran sel yang berhadapan dipisahkan oleh celah (gap) sebesar 2-4 nm. Saluran dalam gap junction dapat mengalirkan molekul-molekul yang larut dalam air antara sel-sel yang berdekatan, sehingga gap junction dapat dikatakan menghubungkan sel-sel secara metabolisme dan listrik.

8. STRUKTUR KHUSUS PADA PERMUKAAN BASAL SEL EPITEL

Membrana basalis merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di bawah permukaan basal semua epitel dengan ketebalan yang berbeda-beda. Membrana basalis yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami gesekan seperti epidermis kulit. Membrane basalis berfungsi sebagai penyokong dan bertindak sebagai filter yang semipermeabel dari bagian basal epitel.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane basalis dapat dibedakan dalam

• Lamina basalis
Ketebalannya antara 500 Å- 1000 Å yang merupakan anyaman padat filament halus.
• Lamina reticularis
Terdapat dibawah lamina basalis yang merupakan anyaman serat-serat retikuler dalam substansi dasar. Terkadang ditemukan serat elastis diantaranya, misalnya pada membrane basalis epitel trachea.

Menurut beberapa peneliti, lamina basalis dibentuk oleh sel-sel epitel, sedangkan lamina retikularis dibentuk oleh jaringan pengikat. Dari permukaan basal sel-sel epitel terdapat tonjolan-tonjolan yang masuk ke dalam jaringan pengikat di bawahnya. Hal ini merupakan factor penguat perlekatan epitel pada jaringan pengikat, terutama untuk epitel gepeng berlapis dan epitel transisisonal. Bangunan lain yang terdapat pada bagian basal adalah hemidesmosom yang berfungsi sebagai penguat perlekatan epitel pada jaringan pengikat.

9. STRUKTUR PADA PERMUKAAN BEBAS EPITEL

1) Mikrovili
Merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel. Tonjolan-tonjolan tersebut dinamakan secara berbeda-beda, misalnya yang terdapat pada tubulus contortus proximalis, plexus choroideus, dan placenta sebagai brush border karena bentuknya seperti bulu sikat. Tonjolan yang terdapat pada epitel usus karena tampak bergaris-garis dinamakan striated border. Pada permukaan sebuah sel mungkin ditemukan sebanyak 2000 mikrovili. Fungsi dari mikrovili adalah untuk memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya absorbsi sel-sel epitel usus. Pada permukaan mikrovili usus terdapat suatu enzim yang dapat memecahkan bahan makanan agar dapat diabsorbsi.
2) Stereocilia
Stereocilia merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang. Jenis mikrovili ini terdapat pada permukaan epitel duktus epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur keadaan lingkungan untuk pematangan sperma.
3) Kinocilia
Kinocilia atau yang biasa disebut dengan cilia, merupakan tonjolan yang berbentuk sebagai bulu halus dan bersifat motil (bergerak). Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena adanya struktur halus yang berbeda dengan stereocilia. Sebuah cilium tertanam dalam suatu bangunan yang dinamakan corpusculum basale. Ukuran panjang kinocilia berkisar antara 5-10 µm dengan diameter 0,2 µm. cilia dapat ditemukan pada epitel tractus respiratorius, oviduct, dan uterus.
4) Crusta
Bangunan ini merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel epitel misalnya pada epitel transisional dengan maksud melindungi sel terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.
5) Cuticula
Struktur ini merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang kemudian diletakkan sebagai kerak di luar sel epitel. Struktur khusus ini dapat ditemukan sebagai capsula lentis.

10. POLARITAS SEL-SEL EPITEL

Polaritas sel epitel adalah keadaan yang berbeda antara bagian puncak dan dasar epitel. Salah satu contohnya adalah sel silindris pada epitel usus yang berfungsi untuk absorbsi makanan. Di bagian puncak sel terdapat tetes-tetes lemak, kompleks golgi dan lebih banyak mengandung mitokondria dengan mikrovili pada permukaaan bebasnya, sedangkan pada tubulus contortus ginjal, mitokonria lebih banyak dibagian dasar sel.