THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

12.31.2010

MOTIVASI

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sutikno.S, 2008).
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasnya dalam melaksanakan suatu kegiatan, berupa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik (Sudrajat, 2007). Motivasi boleh juga dikatakan sebagai rancangan untuk kejayaan seseorang ataupun rangsangan hendak mengelakkan diri daripada kegagalan (Anonim, 2007).
Dalam pendidikan khususnya dalam konteks interaksi belajar mengajar motivasi merupakan suatu proses; membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, yaitu tujuan belajar. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru. (J.Songok, 2007).
Motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena fungsi yang mendorong, mneggerakan dan mengarahkan kegiatan belajar (Oemar Malik, 2008).

B. Teori-Teori Motivasi
Untuk memahami lebih jauh tentang motivasi, maka kita dihadapkan pada beberapa teori tentang motivasi yakni;
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Menurut teori ini manusia mempunyai lima hierarki kebutuhan, yaitu (Sudrajad, 2007):
a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
e. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya kemampuan nyata.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) adalah
a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
b. Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya.
c. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan-kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berprestasi rendah




3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” (Existence, Relatedness Growth). Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,

4. Teori Harapan
Edwards (1954) dan Atkinson (1964) mengembangkan teori motivasi berdasarkan rumus :
M = Ps x Is
Keterangan:
M= Motivasi
Ps= peluang untuk berhasil yang dipersepsi
Is= Nilai insentif keberhasilan
Berdasarkan rumus ini maka motivasi tergantung pada peluang berhasil yang dipersepsi (estimasi peluang berhasil) dan nilai insentif keberhasilan (nilai penghargaan yang akan diterima atas keberhasilan). Dalam kondisi tertentu estimasi peluang berhasil seseorang dinilai rendah, justru dapat menjadi pemicu motivasinya untuk berhasil, sebaliknya estimasi peluang berhasil yang terlampau tinggi merusak motivasi.

5. Teori Disonan Kognitif
Teori disonan kognitif (cognitive dissonance theory) merupakan suatu teori psikologi yang menjelaskan tentang perilaku, penjelasan dan alasan yang digunakan untuk mempertahankan gambaran diri positif. Merupakan kecenderungan tiap orang untuk mempertahankan gambaran diri positif. Menurut Slavin (dalam Ratumanan 2004) banyak perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan standar pribadi kita sendiri. Misalnya,bila kita yakin bahwa kita orang baik dan jujur, kita cenderung berbuat baik dan jujur, walaupun tidak diperhatikan orang lain. Hal ni terjadi karena kita ingin mempertahankan gambaran diri positif. Tetapi kadang-kadang kita juga dihadapkan pada situasi dimana perilaku bertentangan dengan gambaran positif. Misalnya siswa yang ketahuan menyontek dapat membenarkan perilakunya dengan mengatakan bahwa teman yang lain juga nyontek, sehingga dia tidak merasa bersalah bila juga nyontek.
Menurut teori ini, orang akan mengalami ketegangan atau ketidaknyamanan bila perilaku tidak cocok dengan nilai (keyakinan) yang dipegang secara kuat , atau karena perilaku yang tidak konsisten secara psikologis. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, mereka dapat mengubah perilaku atau keyakinan mereka, atau mereka mengembankan pembenaran atau alasaan yang mengatasi ketidak-konsistenan tersebut.

6. Teori Insentif
Ahli behaviourris misalnya Skinner dengan teoti ”operant Conditioning” menempatkan motivasi untuk mendapat penguatan (reinforcement) dan menghindari hukuman. Pada teori ini konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan, atau yang memperoleh hukuman.
Menurut teori Insentif ini, adanya suatu karakteristik tertentu pada tujuan dapat menyebabkan terjadinya perilaku ke arah tujuan tersebut. Tujuan yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut disebut insentif, Setiap orang mengharapkan kesenangan dengan mencapai insentif yang bernilai positif,dan sebaliknya menghindari insentif yang bersikap negatif.
Adanya suatu siklus antara motivasi, perilaku dan tujuan (insentif) dapat digambarkan sebagai berikut.
Perilaku
Motivasi
Tujuan (insentif)
Gambar 1. Hubungan Motivasi, Perilaku dan Tujuan
Sesuai dengan fungsinya insentif dibedakan atas:
a. Insentif positif. Insentif ini dapat meningkatkan motif siswa. Misalnya pemberian hadiah, beasiswa untuk siswa berprestasi.
b. Insentif negatif. Jenis ini menghambat motif siswa.Misalnya pengurangan nilai pada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan belajar di kelas.



7. Teori Dorongan (Drive Theory)
Dikemukakan oleh Woodworth, menurut teori ini perilaku seseorang didorong ke arah tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan adanya dorongan internal yang membuat seseorang berupaya melakukan sesuatu (perilaku/respon) yang mengarah pada tercapainya tujuan tersebut. Pencapaian tujuan tadi selanjutnya akan menyebabkan intensitas dorongan menjadi berkurang. Kondisi ini dinyatakan dalam gambar hubungan kegutuhan dengan motivasi pada gambar 2.
Dorongan Perilaku
(Drive) (Respon)

Pengurangan kebutuhan

Gambar 2. Hubungan Kebutuhan dengan Motivasi menurut Teori Dorongan(drive)

Sebagai contoh seseorang yang lapar, membutuhkan makanan. Orang ini akan terdorong untuk berupaya memperolah makanan. Jika tujuannya tercapai (memperoleh makanan dan memakannya), maka intensitas dorongan untuk berupaya memperoleh makanan akan menurun. Demikian juga kebutuhannya akan makanan ’saat itu” akan berkurang. Dorongan merupakan hal esensial bagi munculnya tingkah laku. Terdapat tiga karakteristik dari dorongan,yakni:
a. Intensitas
Intensitas dari dorongan menunjuk pada fakta bahwa dorongan itu mengaktifkan. Pengaktifan tingkah laku oleh dorogan bervariasi dari tahap rendah (saat mimpi) ke tingkat taraf tinggi (saat marah atau takut).
b. Arah
Dorongan bersifat mengarahkan. Dorongan dapat mengarahkan pada tingkah laku mendekat atau tingkah laku menghindar. Dorongan juga menjadikan organisme peka terhadap stimulus tertentu yang penting bagi motif dan menentukan secara efektif stimulus-stimulus yang dibutuhkan organisme.
c. Presistensi
Dorongan tidak hanya mengarahkan tingkah laku organisme ke arah tertentu (mendekat atau menghindar), tetapi juga bertindak sebagai pemelihara kontinuitas tingkah laku sampai ke tujuan tertentu.
8. Tendensi Pengaktualisasian
Dikembangkan oleh Carl Rogers sebagai dasar dari psikoterapi yang dinamakan client-centered therapy. Menurut Rogers (Ratumanan, 2004) tendensi pengaktualisasian merupakan master motive yang mempresentasikan tendensi inheren pada manusia sebagai organisme untuk mengembangkan semua kapasitas atau potensi yang dimilikinya dengan berbagai cara, yang ditujukan pada pemeliharaan dan upaya peningkatan diri.
Rogers mengemukakan beberapa ciri-ciri tendensi pengaktulisasian sebagai berikut.
a. Tendensi pengaktualisasian berakar pada proses-proses fisiologis dari tubuh dan besifat bawaan. Pada taraf organik, tendensi bawaan tidak hanya berkaitan dengan pemeliharaan organisme, tetapi juga meliputi perluasan atau peningkatan organisme dan pertumbuhan serat regenarasi organisme.
b. Tendensi pengaktualisasian bukan semata-mata menghasilkan pengurangan tegangan, tetapi sebaliknya menghasilkan peningkatan tegangan. Tingkah laku manusia dimotivasi oleh tendensi pengaktualisasian untuk mencapai pertumbuhan diri yang optimal melalui perluasan pengalaman, pencarian stimulus, dan aktivitas lain yang merangsang pengungkapan potensi-potensi.
c. Tendensi pengaktualisasian betindak sebagai kriteria pengevaluasian atau pengalaman-pengalaman kehidupan yang dijalani individu. Proses penilaian tersebut memungkinkan individu mengevaluasi pengalaman-pengalaman (atau tingkah laku) apakah menunjang tendensi pengaktualisasian dirinya ataukah tidak.






C. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan hal penting dalam hidup seseorang. Motivasi memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang bahkan mempengaruhi berbagai aspek perilaku dan kehidupan seseorang. Menurut Travers (dalam Ratumanan 2004), motivasi dapat mengakibatkan seseorang melakukan suatu aktivitas, dapat mendorong perubahan fisik, perubahan emosional, perubahan perseptual dan perubahan kognitif seseorang.
Motivasi dapat mempengaruhi seluruh aspek perilaku seseorang yakni meliputi:
a. Persepsi dan perhatian
b. Mengingat dan melupakan
c. Berfikir dan fantasi
d. Belajar dan penampilan
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi memiliki peranan penting. Salah satu prinsip dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus secara aktif mengambil peranan sebagai pembelajar. Motivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha belajar dan pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Motivasi dapat mengarahkan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan atau cita-citanya. Motivasi dapat berperan dalam menyeleksi perbuatan siswa, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dikesampingkan.









D. Jenis Jenis Motivasi
Jenis motivasi menurut Woodworth dan Marquis (Ratumanan, 2004) sebagai berikut:
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan makan, minum, seksual.
b. Motif-motif darurat, seperti menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
c. Motif-motif objektif . Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini untuk menghadapi dunia luar secara selektif.
Berdasarkan sumber munculnya motivasi dibedakan 2 jenis :
a. Motivasi Intrinsik (Motivasi Internal)
Motivasi intrinsik merupakan Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Motivasi ini disebut juga Motivasi murni.
Sebagai contoh, seorang siswa yang ingin belajar karena ingin mendapatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, akan melakukan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus ditugaskan oleh guru.
b. Motivasi Ekstrinsik
Merupakan motivasi yang disebabkan dari faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan hukuman dan pujian. Motivasi Ekstrinsik diartikan sebagai bentuk motivasi berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi intrinsik akan lebih stabil dan menetap bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik yang berasal dari pengaruh luar. Misalkan seorang termotivasi belajar karena suatu lingkungan (misalkan karena sekelas dengan pacarnya, karena pujian guru, dsb). Selama faktor tersebut ada siswa tersebut masih memiliki motivasi untuk belajar. Tetapi jika faktor lingkungan tersebut lenyap, maka motivasi siswa tersebut menjadi surut.




E. Pembelajaran Dan Motivasi
Prinsip belajar dan motivasi menurut Oemar Malik :
1. Kebermaknaan
Siswa akan suka dan termotivasi bila hal-hal yang dipelajarinya mengandung makna tertentu baginya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
a. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman para siswa.
b. Menghubungkan pelajaran dengan minat dan nilai siswa
c. Menghubungkan pelajaran dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai siswa
2. Modelling
Pelajaran dapat lebih mudah dihayati oleh siswa jika guru mengajarkannya dengan tingkah laku model, karena pada dasarnya siswa menyukai tingkah laku yang baru bila disaksikan dan ditirunya.
Untuk menjadi modelling guru perlu memperhatikan petunjuk berikut:
a. Guru menetapkan aspek-aspek penting dalam tingkah laku yang akan dipertunjukan sebagai model.
b. Siswa yang dapat menirukan model yang dipertunjukan hendaknya diberi ganjaran yang setimpal.
c. Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi dari pada pribadi siswanya, yang mempertunjukan hal-hal yang lebih untuk ditiru oleh siswa.
d. Hindarkan tingkah laku model yang berbenturan danga nilai-nilai yang dimiliki oleh siswa.
e. Modelling disajikan dalam waktu mengajar atau dalam ketrampilan-ketrampilan siswa.
3. Komunikasi terbuka.
Cara yang dapat ditempuh yaitu:
a. Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada siswa agar mendapat perhatian mereka.
b. Tunjukan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa yang sedang diperbincangkan
c. Jelaskan pelajaran secara nyata, usahakan menggunakan media instruksional, sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang dibahas.
4. Prasyarat
Kenali siswa apakah sudah memiliki prasyarat, dengan menganalisi tugas, topik dan tujuan yang ingin dicapai, kemudiam lakukan tes.
5. Novelty
Guru dapat memvariasikan metode mengajar, berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegitan yang mungkin masih asing bagi siswa.
6. Latihan Praktek yang aktif dan bermanfaat.
Dapat dilakukan dengan cara:
a. Usahakan agar siswa mungkin menjawab pertanyaan atau memberi respon terhadap pertanyaan guru, sedang yang lainnya menulis jawaban-jawaban dan menanggapinya secara lisan.
b. Minta agar siswa menyusun atau menata kembali informasi, yang diperoleh dari bacaan.
c. Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
7. Latihan terbagi
Latihan-latihan diberi dibagi dalam kurun waktu yang lebih pendek. Jangan memberikan latihan dengan jangka waktu yang lebih lama karena akan melelahkan siswa, atau tidak menyenangi pelajaran atau mengaami kekeliruan pada saat melakukan praktek.
8. Kurangi secara sistematik paksaan belajar.
Siswa perlu diberikan paksaan belajar/pemompaan, tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, secara sistematik pemompaan tersebut dikurangi, sehingga lambat laun siswa dapat belajar sendiri.
9. Kondisi-kondisi yang menyenangkan
Dalam hal ini guru dapat melakukan:
a. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, karena menyebabkan kejenuhan.
b. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan.
c. Hindarkan terjadi frustasi karena situasi kelas yang tak menentu atau mengajukan permintaan yang tak masuk akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia.
d. Hindarkan situasi kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.
Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan seperti ini maka guru dapat melakukan:
a. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselengarakannya latihan
b. Berilah jawaban pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa.
c. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.
F. Motivasi Di Dalam Kelas
Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan delapan (8) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu:
1. Motivasi tugas;
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan oleh guru, murid sendiri, maupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama, dengan tujuan melibatkan guru dan mengiatkan siswa dalam menyelesaika tugas-tugas.
2. Motivasi aspirasi
Motivasi yang dapat tumbuh dalam diri siswa, akibat siswa itu memiliki keinginan untuk sukses. Perasaan gagal pada dasarnya dapat menghambat siswa dalam belajar, untuk itu guru harus mampu menjadikan siswa itu berhasi dengan menanamkan konsep bahwa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh usaha, bukan kemampuan atau kcerdasan.
3. Motivasi persaingan
Motivasi yang sehat dapat menjadi motivsi yang kuat dalam belajar, tetapi persaingan yang diharapkan bukan persaingan yang berlebihan dikalangan siswa. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4. Motivasi afiliasi;
Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajaryang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa (guru dan orang tuanya), maupun teman sebayanya.
5. Motivasi kecemasan;
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi menurun.
6. Motivasi menghindar.
Motivasi ini dibutuhkan ketika siswa menemui beberapa hambatan, dalam mencapai kesuksesan belajar. Tetapi bukan berarti bahwa siswa harus menghindarkan dirinya dari belajar.
7. Motivasi Penguatan
Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan.
8. Motivasi yang diarahkan.
Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktivitas belajar mereka

H. Guru Sebagai Pengerak Motivasi
Sebagai seorang guru, kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.
Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:
1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar
5. Melaksanakan aktivitas pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal

0 Comment: